rumah kedua bersama berdua

barisan alat tersusun
kita pernah membungkusnya bersama
menulis daftarnya satu persatu
menyusun ulang dan merapikannya kembali
bahkan kita pernah mengangkatnya berdua
dari lantai 3 ke lantai dasar melalui tangga
sesaat aku diam dan berujar ini tahap yang harus aku hadapi
namun nyatanya air mata tak sanggup juga tertahan
di sudut mata ini hatiku mulai jujur
tentang beratnya perasaan sendiri

di dalam ruang itu, 
hujan dan terik rasanya tetap sama
kita selalu tertawa
hangat
dan tidak pernah beku 
jika lelah selalu saja ada alasan untuk bergurau
ya ini seperti rumah kedua bagiku
bukan ini, tapi berdua
ya berdua
di laboratorium
yang sering kali berganti fungsinya 
dan menuntut kita berdua menjadi perkasa seketika

seperti pinggiran pizza
gurih dan berisi
kehadiranmu sangat terasa bagiku
ya itu
berdua
selangkah saja kau menjauh
ruang hatiku terasa gamang
berdua itu seperti sesuatu yang mengisi
kadang kala remahan indomi terasa seperti spagethi
es teh manis seperti minuman level tinggi
tak luput sejuput micin tercinta menemani

rumah kedua
menjadi diriku yang sebenarnya
bekerja bersama
bermain bahkan belajarpun bersama

aku tahu, 
sisi lain dari waktu genting ini
tentang pamitnya dirimu
bukan atas pertemuan kita
tapi atas kebersamaan yang utuh
di setiap hari
di masa lalu
dan bila kau izinkanku bersedih
namun berilah ku doa penguat dari rasa duka
untuk menerima
serta tetap semangat menyala

seperti sore kemarin
kebersamaan kita menjadi pengisi lembaran hidupku
mampat dalam ilmu
penguat langkah dalam menggapai citaku


(2 Februari 2015-17 Oktober 2016 mengenal Khairun Nufus)

Komentar